Laman

Rabu, 01 Juli 2015

IRTC, GULF OF ADEN AND SOMALIA PIRATES



IRTC, GULF OF ADEN AND SOMALIA PIRATES

Photo Ilustrasi Somalia Pirates Attack.

Bagi yg pernah berlayar melintasi Teluk aden sudah pasti mengenal dan tidak asing dg kalimat diatas.

Jumát, 13 February 2015 Jam 15.00 UTC, kami berlayar memasuki IRTC (Internationally Recommended Transit Corridor) yg terletak di Teluk Aden. Cuaca begitu bersahabat, angin berhembus pelan dari arah Barat dg kecepatan 5 – 10 Knots, langit berawan berhias awan2 Cirro Cumulus dan Cumulous Nimbus yg menjulang diangkasa dan ketinggian ombak tidak lebih dari 0.5 M. Nampak ikan2 dolphin/lumba2 berlompatan menghampiri seolah2 menyambut kedatangan kapal kami di wilayah mereka yg terkenal ganas dg “Somalia Pirates”.
Segala persiapan telah kami lakukan sebelumnya untuk menghadapi hal2 yg tdk diinginkan, dari latihan ISPS/Security “Hijacking Drill”, Review SSP, Security assessment, BMP4, menutup dan mengunci semua pintu2 kedap air (Watertight door) dari dalam, mematikan lampu2 di deck selain navigation light dan berjaga2 dg penuh waspada terutama terhadap kapal2 yg mematikan AIS atau kapal2 ikan (Ada kemungkinan kapal2 tersebut adalah bagian dari perompak Somalia)

Sore itu saya begitu tenang ketika kapal memasuki IRTC dikarenakan kapal kami terus dibuntuti dan dipantau oleh Navy (Kapal perang) dg jarak sekitar 5 Mile laut.
Namun begitu tengah malam jam 21.00 UTC, kapal Navy itupun menjauh pergi, suasana yg tenang di teluk aden begitu terasa mencekam, laut yg begitu tenang dan gelap gulita membuat hati semakin gundah (Dari berita2 yg ada justru aktivitas perompakan kapal terjadi ketika cuaca laut yg tenang, perlu dikatahui bahwa perompak2 ini menggunakan speed boat kecepatan tinggi untuk mengejar, merompak kapal dan menjadikan crew sebagai hostage/tawanan utk tebusan).

Kapal2 yg tadinya ramai melintas tiba2 sepi, sesekali saya menekan tombol AIS untuk melihat data2 kapal yg kebetulan berpapasan, dimonitor AIS saya dapat informasi bahwa kapal2 tersebut dikawal oleh “Armed Guard on Board” dan kecepatan rata2 diatas 18 Knots. Berdasarkan statistic dari MSCHOA hampir  bisa dipastikan untuk kapal2 dg kecepatan diatas 18 Knots, bajak laut akan kesulitan mengejar atau naik keatas kapal. Namun tidak dg kapal kami, kami melintas di teluk aden tanpa ada pengawal bersenjata. Walaupun begitu kami sudah terdaftar dalam MSCHOA (Marine Security Centre Horn of Africa) dan inilah yg membuat hati jd sedikit tenang.

Sekitar dini hari menjelang subuh, tiba2 dikejauhan nampak samar2 dimonitor Radar ARPA, ada Echoes target 3 kapal ikan tepat berada dihaluan kapal dg jarak sekitar 8 Miles, padahal beberapa kali saya teropong keluar untuk memastikan namun yg nampak hanya gelap gulita, mungkin kapal ikan ini sengaja mematikan lampu2 agar kehadiranya tidak diketahui oleh siapapun. Saya naikan Gain dan kurangi A/C Rain & A/C Sea RADAR guna memperjelas penampakan ini, berdasarkan informasi di ARPA ke-3 kapal ikan ini menuju kearah kami dg CPA 0.1 Miles dan TCPA 23 Menit, 3 kapal ikan ini berbaris seolah menghadang laju haluan kapal kami, 1 kapal ikan tepat berada di haluan kapal sedangkan 2 lainya masing2 berada di sisi kiri dan kanan haluan. Perasaan pun campur aduk saat itu, saya mendekati Radio, Telephone satellite dan SSAS (Ship Security Alert System) untuk berjaga2 jika benar kapal2 itu adalah bajak laut, maka saya bs dg cepat memancarkan Distress Signal kepada kapal2 perang yg berjaga dikawasan Gulf of Aden, serta menelpon DPA/CSO (Company Security Officer). Kapal ikan itupun semakin mendekat, saya nyalakan lampu sorot dan saya arahkan tepat kekapal tersebut, sengaja saya melakukan ini agar mereka menyadari bahwa kehadiranya sudah kami ketahui yg artinya kami siap menyambut kedatangan mereka, dg begitu mereka akan berpikir ulang untuk mendekati kami, ternyata cara saya ini begitu ampuh, kapal2 ikan yg saya curigai sbgai bajak laut itu tiba2 tdk melakukan pergerakan lagi, Saya rubah haluan kapal kekanan 5 Derajat untuk menghindari kapal ikan yg tepat di haluan kapal. Mereka hanya diam sampai kapal kami benar2 melintas disamping kapal mereka, saya ambil teropong, dari teropong nampak jelas bahwa dibelakang ke-3 kapal ikan itu masing2 memiliki 3 buah speed boat yg diikat diburitan kapal.
Dan saya bernapas dg lega ketika akhirnya ke-3 kapal ikan itupun bergerak menjauh.
Pada hari Minggu, 15 February 2015 jam 1500 UTC, Alhamdulillah kami berlayar dg selamat melintasi Teluk aden Somalia dan keluar dari jalur IRTC untuk selanjutnya menuju Suez Canal - Egypt.

Siapapun sudah begitu mengenal atau paling tidak pernah mendengar keganasan bajak laut/pirates Somalia dikawasan teluk aden, sudah banyak kapal2 yg menjadi korbanya termasuk kapal Indonesia yaitu MV. Sinar Kudus pada maret 2011 silam.

Saya akan bercerita tentang sedikit procedure keselamatan untuk melewati IRTC/Security Convoy (Internationally Recommended Transit Corridor) “Gulf of Aden”.

IRTC “INTERNATIONALLY RECOMMENDED TRANSIT CORIDOR”, GULF OF ADEN AND SOMALIA PIRATES:

Perairan Teluk Aden membentang diantara Yaman dan Somalia, dimana disisi Selatan adalah Somalia sedangkan disisi Utara adalah Yaman.
Nama Aden sendiri mungkin namun saya tidak tahu pasti diambil dari sebuah nama pelabuhan yg berada di Yaman, yaitu “Aden Harbour”
Untuk mempermudah gambaran teluk aden berikut adalah gambaran peta lokasi “Anti Piracy Chart” yg dilengkapi dg HRA (High Risk Area – Somalia Pirates)

Picture of High Risk Area and Anti Piracy Chart "Gulf of Aden"

Gulf of Aden ini menjadi perairan yg sangat penting bagi jalur pelayaran dikarenakan merupakan akses satu2nya untuk menuju Red Sea (Laut merah) dan Suez Canal yang merupakan transit bagi kapal2 untuk menuju kawasan Mediteranian Sea dan Eropa.

Kemudian seiring dg meningkatnya “Pirates Activity” dikawasan Teluk Aden, maka dirancanglah sebuah jalur pelayaran yg menyerupai TSS “Traffic Separation Schemes”, selanjutnya dinamakan “IRTC/Security Convoy”. Guna memudahkan operasi kapal militer (Navy) jika terjadi “Hijacking/Pembajakan” oleh Perompak Somalia.
"Maritime attacks are on the increase. Pirates are more aggressive. The financial impact is significant and increasing. Military solutions are weak– they can’t be everywhere at the same time and private sector solutions are non–existent".
Itulah sebuah alasan utama dirancangnya IRTC, dikarenakan pihak militer tidak bisa selalu ada diwaktu dan tempat yg sama ketika terjadi serangan dari para perompak, padahal IRTC sendiri membentang sepanjang Teluk Aden dg jauh sekitar 492 Miles (911.184 KM). Bayangkan seandainya perompakan terjadi pada saat bersamaan namun lokasinya berbeda/jauh, sementara kapal perang (MSCHOA – MSCHOA adalah merupakan tentara gabungan dari UN dan NATO) yg bertugas disana hanya beberapa kapal saja, tentunya kapal dg lokasi paling jauh  akan menjadi korban.
Selain daripada itu IRTC juga merupakan jalur pelayaran international, dengan demikian pihak keamanan yg nota bene berasal dari Multinational (Tentara gabungan/UN/PBB)  tidak akan kesulitan ketika melakukan operasi militer guna membebaskan kapal tawanan perompak, lain halnya bila kapal2 berlayar berdekatan sepanjang wilayah territory Yaman, maka operasi militer akan dianggap pelanggaran kedaulatan suatu Negara.
Bagi kapal2 yg oleh perusahaan sudah disediakan pengawalan “Armed Security Guard on Board” dan kecepatanya tinggi (Lebih dari 18 Knots) maka tentunya bukan masalah mau menggunakan jalur IRTC ataukah tidak, namun demi keselamatan lebih baik tetap berlayar sepanjang jalur IRTC walaupun tidak melakukan registrasi ke MSCHOA (Maritime Security Centre Horn of Africa) terlebih dahulu.

Kapal2 dengan kecepatan kurang dari 18 Knots, freeboard rendah dan tidak dikawal oleh pengawal bersenjata, maka sebaiknya CSO (Company Security Officer) mendaftarkan/registrasi kapalnya ke MSCHOA guna ikut dalam “IRTC Security Convoy”. Karena kapal dg spesifikasi tersebut sangat rentan/mudah untuk di bajak.

Sebelum membahas IRTC/Security Convoy lebih jauh, sekali lg perlu diketahui bahwa, kapal apapun jenisnya (Besar, kecil, slow speed, high speed, tanker, cargo, VLCC, Passenger, dll) boleh melintas dijalur IRTC tanpa melakukan registrasi/laporan terlebih dahulu ke MSCHOA, namun demi keselamatan adalah sangat disrankan untuk melakukan registrasi Security Convoy.

IRTC “INTERNATIONALLY RECOMMENDED TRANSIT CORRIDOR” – GULF OF ADEN.
IRTC terdiri atas dua jalur terpisah yaitu “Eastbound dan Westbound Transit”, setiap jalur memiliki lebar 5 NM dan dipisahkan oleh bagan pemisah (Buffer Zone) selebar 2 NM.
IRTC ini membentang sepanjang Teluk Aden dg jauh sekitar 492 Miles (911.184 KM).
“The corridor is not marked or defined by navigational aids, and is not intended to be a TSS. However to make warship patrols more effective, vessels transiting the GOA are strongly recommended to adhere to the Transit Corridor and Group Transit guidelines.”

Kapal2 yg transit di GOA (Gulf of Aden) sangat2 direkomendasikan untuk mengikuti pedoman berikut ketika berlayar sepanjang IRTC.

The IRTC Entry Point Coordinates.

IRTC “Point A” – EASTBOUND SECURITY CONVOY
Kapal2 yg berasal dari Laut merah/Red Sea selanjutnya disebut sebagai “IRTC EASTBOUND”, memasuki IRTC pada “Point A”,
IRTC Entry Point Coordinates untuk “Point A” berada pada posisi “ 11 50.00 N / 045 00.00 E
IRTC Leaving Point Coordinates berada pada posisi “ 14 20.00 N / 053 00.00 E.
Dengan memasukan kedua waypoint diatas di Passage plan, maka Haluan Sejati (True Course) kapal sepanjang IRTC Eastbound adalah 072 Derajat.

Sedangkan limit untuk Lane/Jalur IRTC EASTBOUND CONVOY adalah:
Limit jalur/lane sisi kiri berada pada coordinates “ 11 53.00 N / 045 00.00 E ” sampai dg coordinates “14 23.00 N / 053 00.00 E ”
Limit jalur/lane sisi kanan berada pada coordinates “ 11 48.00 N / 045.00 E “ sampai dg coordinates “ 14 18.00 N / 053 00.00 E “

IRTC “Point B” – WESTBOUND SECURITY CONVOY.
Kapal2 yg berasal dari Arabian Sea dan Indiana Ocean menuju ke Red Sea, Selanjutnya disebut sebagai “IRTC WESTBOUND SECURITY CONVOY”. Memasuki IRTC pada “Point B”
IRTC Entry Point Coordinates untuk “Point B” berada pada posisi “ 14 28.00 N / 053 00.00 E
IRTC Leaving Point Coordinates berada pada posisi “ 11 58.00 N / 045 00.00 E.
Dengan memasukan kedua waypoint diatas di Passage plan, maka Haluan Sejati (True Course) kapal sepanjang IRTC Westbound adalah 252 Derajat.

Sedangkan limit untuk Lane/Jalur IRTC WESTBOUND CONVOY adalah:
Limit jalur/lane sisi kiri berada pada coordinates “ 14 25.00 N / 053 00.00 E ” sampai dg coordinates “11 55.00 N / 045 00.00 E ”
Limit jalur/lane sisi kanan berada pada coordinates “ 14 30.00 N / 053.00 E “ sampai dg coordinates “ 12 00.00 N / 045 00.00 E “


Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada peta2 berikut ini:
BA Chart No.6                    : Gulf of Aden
BA Chart No.2970             : Eastern Approaches Gulf of Aden
BA Chart No.3784             : Ra’s Al Kalb To Ra’s Mirbat.

Pastikan peta2 tersebut adalah terbitan yg terbaru, karena coordinates yg disebutkan diatas adalah merupakan “Transit Corridor yg terbaru” pada peta edisi terbaru pula, sedangkan terbitan lama/Jadul dikhawatirkan masih menggunakan “Transit Corridor yg lama”, untuk memastikan peta2 tersebut masih menggunakan Transit Corridor yg baru atau lama bisa dilihat/bandingkan pada gambar berikut ini:

Picture of Location New IRTC (Internationally Recommended Transit Corridor)

Kapal2 yg sudah melakukan registrasi ke MSCHOA, 24 jam sebelum sampai pada “Point A dan Point B” akan mendapatkan email dari MSCHOA mengenai Daftar nama2 kapal yg tergabung dalam Group Transit tersebut. Informasi yg diperoleh dari email tersebut bersifat “Strictly Confidence / Sangat Rahasia” dan tidak boleh disebar luaskan karena menyangkut keselamatan kapal.

Dalam email tersebut ada Guidance yg harus dipatuhi jika ingin tergabung dalam “Group Transit”. Yakni menyangkut tentang ETA di “Point B atau Point A” beserta kecepatan yg diminta selama transit di IRTC.
Saya tidak bisa sebutkan disini pada jam2 berapa saja kapal2 harus sampai dipoint2 yg telah ditelah ditentukan diatas karena memang semua informasi ini bersifat rahasia dan jangan sampai scenario transit itu diketahui oleh para perompak.

Kapal2 “Group Transit”dg kecepatan rendah akan sampai terlebih dahulu di “Point A dan Point B”, kemudian selang beberapa jam disusul kapal2 dg kecepatan yg lebih tinggi, begitu seterusnya sampai kapal2 dg kecepatan paling tinggi akan memasuki IRTC pada jam yg paling akhir.
Maksud scenario ini adalah, Perbedaan waktu pada masing2 group sudah dihitung sedemikian rupa untuk memastikan kapal2 tersebut akan memasuki daerah “The Greatest Danger Area” pada waktu yg bersamaan ketika dini hari menjelang subuh tanpa memandang perbedaan kecepatan masing2 group, baik itu Eastbound mapun westbound semua akan bertemu (Saling menyusul dan berpapasan) secara bersama2 didaerah dan waktu yg paling rawan pembajakan berdasarkan statistic dari MSCHOA.
Untuk lebih jelasnya, kapal yg paling terakhir masuk IRTC adalah kapal paling cepat, kapal2 ini akan menyusul kapal2 dg kecepatan lebih lambat pada lokasi “The Greatest Danger Area”, Pun begitu dengan kapal yg memasuki IRCT Point A dan Point B mereka juga akan saling berpapasan di “The Greatest Danger Area” pada waktu yg hamper bersamaan. Sehingga semua kapal2 ini akan secara bersama melewati daerah paling berbahaya tersebut. Hal ini akan memudahkan kekuatan militer untuk memposisikan dirinya guna melindungi kapal2 dari serangan perompak dan memberikan bantuan jika terjadi serangan.
HANYA KAPAL YANG MELAKUKAN REGISTRASI KE “MSCHO – MARINE SECURITY CENTER HORN OF AFRICA”, AKAN MENGETAHUI SCENARIO KESELAMATAN INI KETIKA MELEWATI IRTC, UNTUK ITU SANGAT PENTING BAGI KAPAL2 YANG “HIGH RISK”MELAKUKAN REGISTRASI TERLEBIH DAHULU.

Berikut sedikit guidelines tentang Somalia Pirates:
Typical Pirate Attacks: 
  1. Biasanya perompak menggunakan 2 perahu sampan/Skiff/Speed boat (Dengan kecepatan mencapai 25 knots). Speed boat yg mereka gunakan biasanya dilengkapai dg 2 buah Outboard Engines ataupun single engine dengan 60 HP.
  2. Grup perompak/pirates bisa terdiri atas beberapa kapal. Namun demikian perahu yg digunakan untuk menyerang biasanya adalah 2 Speed boat.
  3. Berupa kapal ikan yang menarik/Towing 2 atau lebih dari speed boat untuk melakukan serangan.
  4. Perompak/pirates juga memiliki Mother Ship (Bisa berupa kapal ikan maupun kapal niaga), Mother ship ini digunakan untuk menampung tawanan, membawa crew pirates, perbekalan, minyak dan beberapa speed boat guna memungkinkan Pirates beroperasi dengan jangkauan yg lebih luas. Ciri khas dari Mother ship ini adalah kapal tersebut menarik/towing beberapa speed boat dibelakang mereka.
  5. Perompak Somalia juga dipersenjatai dengan Small arm fire (Senjata api ringan) dan Rocket Propelled Grenades (RPGs).
  6. Serangan bisa terjadi kapanpun, walaupun demikian berdasarkan statistic, kebnyakan serangan terjadi ketika menjelang pagi dan menjelang malam (early in the morning or First Light), Serangan juga kadang terjadi pada tengah malam terutama ketika terang bulan (Moon Light). Pun demikina terjadinya serangan pada malam hari sangatlah jarang.
 Typical Attack Profiles:   
  1. Umumnya Pirates menggunakan “Small high speed crafts” dg kecepatan sampai dengan 25 Knots dan mendekatai kapal dari arah Port quarter dan Buritan/stern kapal.  
  2. Ketika menjelang malam dan menjelang pagi hari maka kewaspadaan perlu dilakukan dengan semaksimal mungkin.  
  3. Belum pernah terjadi kapal dengan kecepatan diatas 15 Knots atau lebih menjadi korban penyerangan (No successful attacks have occurred on ships at 15 knots or more). 
  4. Sifat2 kapal yg umumnya mudah terkena “ Pirates Attack”: 
    • Kapal dg kecepatan rendah (Low speed) 
    • Kapal rendah freeboard (Low Free Board) 
    • Planning dan procure yg kurang memadai/dipahami (Inadequate Planning & Procedures) 
    • Kurangnya kewaspadaan (Visibility low state of alert and / or evident self protective measure). 
    • Respon yg lambat (Slow response by the ships is evident). 
Tindakan2 yg dapat menghambat bahkan mencegah terjadinya “Pirates Attack”:
  1. Memasang Dummy/Boneka/Patung yg menyerupai crew kapal ditempat2 strategis, hal ini akan memberikan kesan dari kejauhan akan banyaknya crew yg berjaga2 disekitar kapal, sehingga pirates akan berpikir dua kali untuk mendekat. 
  2. Memasang pagar kawat disekitar Anjungan/Bridge, Bridge/Anjungan biasanya menjadi focus utama dari perompak untuk dikuasai. 
  3. Menutup dan mengunci semua Portholes, ventilation, doors, hatches, watertight door dan semua access menuju akomodasi /Engine room/Machineries space/Bridge kapal. 
  4. Memasang kawat berduri “Physical barriers/Razor wires” disekitar lambung kapal. 
  5. Menyalakan water spray dan foam monitar kesekeliling kapal.
Tindakan2 yg perlu dilakukan jika terjadi “Pirates Attack”
  1. Ikutilah petunjuk sesuia dg “Ship prepared contingency plan” 
  2. Aktifkan SSAS (Ship Security Alert System) 
  3. Pastikan AIS dalam kondisi “ON” 
  4. Aktifkan emergency sound alarm dan buat PA Announcement “Pirates Attack” dan perintahkan semua crew menuju Designated Citadel. 
  5. Buatlah Distress Call/Mayday Call di VHF Ch.16 (Untuk wilayah Gulf of Aden – Apabila VHF Ch.16 di block atau macet, maka back up Channel adalah VHF Ch.08), dan juga kirim “Distress message” via DSC. 
  6. Lakukan panggilan telephone sesuai dg “Company emergency contact list” 
  7. Dekati kapal lain dg cara altering course, perbesar CPA dari kapal bajak laut dengan menambah kecepatan kapal. 
  8. Jika perlu lakukan Zig-Zag maneuvers (Dengan rate of turn tidak lebih dari 10 – 15 derajat) jika rate of turn terlalu besar maka kecepatan kapal akan turun drastic dan mudah bagi perompak untuk mendekat. 
  9. Jika perompak sudah hampir boarding/naik kekapal, gunakan “Bow waves and Stern wash propeller” untuk membatasi/menghambat kapal pirates dari alongside/sandar dikapal. 
  10. Aktivkan fire pump sebagai tindakan pertahanan/Defensive measure. 
  11. Kumpulkan semua crew di Designated Citadel, jika tidak ada Citadel bisa dikumpulkan di Mess room.
 Tindakan2 yg dilakukan jika “Pirates Boarded”
  1. Tetap tenang, Perompak dikapal adalah untuk membajak kapal sebagi tebusan dan bukan sengaja menyakiti crew kapal, jadi tidak perlu takut. 
  2. Jangan membuat tindakan2/gerakan2 yg memancing kemarahan Pirates. 
  3. Jangan melihat atau melotot kearah mata pirates. 
  4. Jangan berbicara kecuali diminta dan jawablah pertanyaan seperlunya jika diminta oleh Pirates 
  5. Jangan membuat gerakan yg tiba2/mengejutkan ataupun mencoba melarikan diri.
  6. Jika pirates meminta sesuatu, maka Master/Officer cukup menganggukan kepala kerah crew yg bersangkutan sebgai tanda persetujuan 
  7. Ikuti perintah/saran2/guidelines yg diberikan oleh MSCHOA.

Demikianlah yang saya ketahui seputar IRTC, Somalia Pirates dan Gulf Of Aden,
Terakhir marilah kita berdoa memohon keselamatan kepada Allah SWT agar dijauhkan dari segala kejahatan (Baik berupa manusia, syaitan, maupun Jin). Aamiin.

Port Said, Egypt,
20 February 2015
Zie Ahmadi

2 komentar:

  1. nice borther...your best brother

    BalasHapus
  2. Thanks brother this lesson make help seaman conducted tes aramco..good luck.

    BalasHapus